Drama FAJAR DI BUKIT MENOREH diangkat dari kisah
Barnabas Sarikromo seorang tokoh awam dan pengikut ajaran agama Katolik perdana
di pulau Jawa terutama di wilayah perbukitan Menoreh dengan sebuah tempat
ziarah yang sangat terkenal yakni Gua Maria Sendangsono, Jawa Tengah. Di tangan
Sarikromo dan kawan kawan yakni
saudara Lukas Soeratirta, saudara Yokanan Soerawijaya dan Saudara Markus
Soekadarma 171 orang dinyatakan layak dan dibaptis oleh Romo Van Lith di sebuah mata air yang bernama Sendang
Semagung atau saat ini lebih dikenal dengan nama Sendang Sono. Karya mereka
tidak hanya diakui oleh warga sekitar, namun salah seorang diantara mereka
yakni Barnabas Sarikromo mendapat penghargaan tertinggi dari Pemimpin Gereja
Katolik Roma berupa Bintang Jasa ‘Pro Ecclesia et Pontofice’.
Ide Cerita :
Drs. Aloysius Sabon Payon, M.Ed
Penulis Naskah : 1. Pelda Alexander Sukoco Broto
2. Sertu Serinus
3. Bpk Anang SS
Sutradara :
Bpk Anang SS
Penanggungjawab : Drs Aloysius Sabon Payon, M.Ed
“FAJAR DI BUKIT MENOREH”
MASA KECIL
Instrumen 01. Gendhing Ibu Pertiwi
LAMPU PADAM
Pagi itu hari tampak sunyi, di sebuah lereng bukit
Menoreh. Dusun yang bernama Jamblangan Kelurahan Banjaroya Kecamatan Kalibawang
Kabupaten Kulon Progo Bumi pertiwi yang dikuasai penjajah. Rakyat hidup dalam
suasana keterbelakangan.
Adegan
1 (panggung kosong dengan suasana
redup)
Narator Lahir seorang anak dari sebuah keluarga
sederhana, bernama Sariman. Tidak banyak kemudahan hidup ditawarkan padanya.
Tapi justru satu perjuangan hidup yang harus dilaluinya. Seorang anak desa yang
harus siap berjuang mempertahankan hidup.
Adegan 2 (Seorang ibu menggendong bayi
berjalan tertatih tatih terbebani karena sambil membawa seonggok kayu. Setelah
meletakan kayu di depan runah, ia pun masuk.
Narator Hidup dalam daerah pegunungan tanah
kering, tanah yang hanya bisa ditanami tanaman palawija. Untuk hidup mereka
harus mencari nafkah di tengah tanah yang tandus.
--------------------------instrumen
02. Rerepen-----------------------
Narator Tempaan
awal dilalui oleh si bocah yang bernama Sariman… tetapi bagaimanapun ia tetap
tumbuh menjadi bocah dusun yang hidup di antara tanah kering.
Adegan 3 (Seorang anak
tanpa baju hanya bercelana kolor lusuh membawa seonggok rumput, Mukanya menggambarkan
rasa lelah yang ditanggungnya).
Narator Sariman
memasuki masa kanak-kanak. Tetapi ia tak semujur teman-teman seusianya. Masa
anak anak adalah masa bermain tetapi hal itu tidak dirasakan Sariman.
Adegan 4 (bu
Martalaksana sedang bekerja di depan
rumahnya bersama anaknya, Kemudian ia memandang Sariman anaknya penuh rasa
kasihan)
Ibu :
le…. Maafkan ibu, (memandangi anak anaknya yang sedang bekerja) karena bapakmu tidak ada, kalian harus menanggung
sendiri beban hidup ini.
Anak
1 : sebenere bapak itu kemana to
mbok (sambil mengerjakan sesuatu)
Ibu :
Ah mboh…. Le. (sambil mengerjakan sesuatu)
makanya besok kalo kalian sudah dewasa jangan seperti bapakmu.
Anak 2 :
iya mbok….
Ibu :
ya dah tuh kayunya dibawa masuk… (Sariman, kamu bawa kayu masuk)
Narator Sedangkan
di tempat yang tidak jauh letaknya banyak anak anak dengan penuh keceriaan
bermain, bercanda dan tertawa.
--------------instrumen 03 Lagu dolanan
Padhang Bulan--------------
LAMPU MENYALA WARNA WARNI
Narator Keceriaan dan kebebasan yang dirasakan
bocah bocah, yang dirasakan anak anak tidak bisa dinikmati Sariman. Sariman
harus rela menghabiskan masa kanak kanak untuk bekerja membantu orangtuanya.
Adegan 4 (sekelompok anak bermain bersama.
Anak putri berlarian masuk bermain dakon dan bola bekel, sedangkan anak laki
laki bermain lainnya. Sariman mondar mandir mengerjakan pekerjaan rumah
mengangkat kayu, mengangkat rumput, menyapu dan menimba air)
(Sariman
masih sibuk membantu orangtuanya. Beberapa kelompok anak sedang bermain di
halaman yang luas dengan ceria. Sariman hanya bisa melihat ketika dia sedang
melintas di dekatnya.
-------------lagu
dolanan 04 Cublak-cublak suweng-------------
(beberapa
anak perempuan bermain cubllak cublak suweng, ada yang bermain dakon,
sekelompok anak laki laki bermain ala laki laki)
Anak 1 : E…. kanca –
kanca ini dah malem yuk kita pulang.
Anak 2 ; iya ini sudah
malem….
Anak 3 : ayooo
Anak 4 : ayo
(anak anak
berlarian keluar….)
---------------lagu dolanan 05
Balabak------------------
LAMPU MEREDUP
-----------------lagu
dolanan 06 Laler Mengeng---------------
Berpisah dengan ibunya
Narator Jalan hidup memang penuh warna, bu
Mertalaksana, ibu Sariman merasa berat hidup sendirian. Dia memutuskan untuk
menikah lagi, dan ia harus meninggalkan desa itu mengikuti suaminya. Sariman
harus berpisah dengan ibunya.
Adegan 6 (ibu Sariman keluar dari rumah
menggandeng anaknya, membawa bawaan bersama suaminya. Di belakang menyusul
kakak Semi dan suaminya)
Ibu : Simbok pergi ya, kalian hati hati, jadilah anak yang
nurut paklik, pak de ya…
Anak : iya mbok (sambil menangis melepas kepergian
ibunya)
Ibu : yu…. kang…. Aku titip anak anak…. Terpaksa aku harus
meninggalkan desa ini
Pakdhe : ya…
Narator Mulai saat itu kelima bersaudara harus
hidup tanpa orangtua, mereka dititipkan kepada beberapa kerabat di lereng bukit
Menoreh ini.
--------------ilustrasi 07 Ladang Ayun ayun--------------
Narator Hidup bersama orang lain tidaklah mudah.
Hidup dengan orangtuanya saja sudah susah apallagi hidup tanpa orangtua
Adegan 7 (Sariman membawa bungkusan kain mendatangi
sebuah keluarga menemui salah seorang)
Sariman : Nuwun pak dhe…
Orang 1 : O… kamu Man…. Ada apa?
Sariman : nuwun sewu pakdhe mbok saya diberi
pekerjaan.
Orang 1 : Le… saya itu tidak punya duwit untuk
ngopahi kamu…
Sariman : Pak dhe tidak usah memberi upah yang
penting makan saja.
Orang 1 : O kalo gitu ya boleh aja kamu bantu aku.
Dah sana kamu tidur di kamar belakang ya
---------------ilustrasi 8 Laras Moyo-------------
Narator Sariman bekerja tanpa upah, hanya sekedar
untuk makan saja. Dan Sariman harus pindah dari keluarga yang satu ke keluarga
yang lain hanya untuk memenuhi kebutuhan makan.
Adegan 8 (Sariman berjalan membawa bawaannya
dari rumah yang satu ke rumah yang lain, kemudian dia beristirahat duduk di
tepi jalan)
Sariman : Ah capek sekali. Siapa lagi yang
membutuhkan tenaga saya… Apa masih ada
orang yang membutuhkan tenaga saya lagi? Kalo tidak bagaimana ya?
Orang 2 : Man… mau kemana?
Sariman : Ya biasa to kang, mau cari orang yang
butuh tenaga saya.
Orang 2 : O kelihatannya pak dhe Mitro…. baru
banyak kerjaan karena ladangnya mau ditanami kimpul. Coba aja kesana.
Sariman : bener kang?
(wajah penuh
kegirangan)
Orang 2 : ya pastinya aku juga gak ngerti, ya coba
aja kesana… yuk tak anter.
Sariman : O, ya kang matur suwun
(kedua orang
itu pergi)
Narator Sariman mengembara dari satu dusun ke
dusun lainnya di kawasan Kalibawang. Dia ikut orang lain tanpa gaji, hanya
sekedar numpang tidur dan numpang makan. Dari satu rumah ke rumah lain, dari
satu desa ke desa lain Sariman bertumbuh dan mengembara hingga memasuki masa
akil balik. Dia akhirnya menetap di Kajoran di kawasan Boro, Kalibawang.
BERKELUARGA
Narator Di Kajoran inilah Sariman yang menurut
ukuran orang di kampong itu sudah menjadi perjaka tua. Dia bertemu dengan Semi
gadis setempat yang memikat hatinya. Semi adalah putri Soratirta, kepala dusun
Kajoran.
----------ilustrasi music 09 Ldr Asmara Dana-----------
Adegan (Sariman sedang duduk berkipas topi
setelah capek bekerja, Semi datang membawa makanan dengan bakulnya. Satu tangan
menenteng cerek tempat minum)
Semi Ni… kang, minumnya untuk ngobati haus
(Semi
mendekati Sariman yang sedang beristirahat)
Sariman O, ya makasih ya…
(pandangannya
menoleh ke Semi sambil tersenyum)
Semi Ah, koq pakai terimakasih segala
(Semi
menuangkan minuman ke cangkir dan memberikannya kepada Sariman)
Sariman Lo gimana to, kamu tu rela nganter makanan
buat aku. Kan ada batur yang bisa disuruh.
Semi Emangnya gak boleh po kang?
(nada agak
genit)
Sariman Ya boleh aja… Aku juga seneng koq. Tambah
semangat…
(mereka
berdua tampak ceria berkelakar dan bercanda)
Narator Sariman dan Semi semakin akrab. Mereka
menjadi sepasang kekasih
(obrolan mereka semakin akrab)
(mereka berdua pulang)
LAMPU TERANG
Narator Melihat kedekatan mereka dan budi baik
keluarga yang diikutinya, Sariman berhasil menikahi Semi pada tahun 1901.
Sesuai tradisi Jawa maka dia memilih nama Soerjawrja sebagai nama dewasa.
--------------ilustrasi music 10 Kodok Ngorek---------------
-------------ilustrasi music 11 Pangkur---------------
Tarian (Tarian
Jawa)
(seusai
tarian jawa semua tamu berpamitan dengan berjabatan tangan dengan kedua
mempelai)
Narator Suasana
penuh rasa gembira terluap karena sepasang kekasih telah disatukan dalam ikatan
pernikahan. Suasana gembira terpancar pada rona muka saudara, kerabat dan
sahabat
-----------ilustrasi music 12 Kebogiro------------
LAMPU PADAM
PERGILAH KE ARAH TIMUR LAUT
Narator Selang beberapa waktu setelah menikah,
Sariman mengalami peristiwa yang sangat tragis. Kedua kakinya bengkak, berbisul
dan bernanah. Berbagai cara pengobatan dan jejamuan entah dari pengalamannya
sendiri maupun dari orang lain telah dia coba namun hasilnya nihil. Bahkan
penyakitnya serasa bertambah parah.
------------------hening music 13 Laler Mengeng----------------
LAMPU REDUP
(Sariman yang sakit kakinya masuk denganberjalan ngesot kemudian
naik diatas para para)
Sariman Dhuhhh Gusti…. Cobaan koq seperti ini. Aku
tidak bisa apa apa. Aku malu…. Aku tidak memenuhi tanggungjawabku sebagai suami
yang baik dan bertanggungjawab. Kemana aku harus mencari kesembuhan?
(ada orang masuk mendekati Sariman)
Orang 3 Kang…
koq tidur disini…. Disini kan dingin….
Sariman Iya
ni dhi…. Aku malu tidur di dalam. Bau luka lukaku menyengat. Aku kasihan pada
mereka
Orang 3 Gimana
dengan Semi?
Sariman Ya,
dia juga menyuruh aku tidur di dalam, tapi aku kasihan pada mereka.
Orang 3 o
gitu….
(sambil
mengangguk angguk)
apa belum ada kemajuan, gimana kemarin khan sudah
dibawa ke Mbah Romo…
Sariman iya
ini dhi… sudah 3 orang winasis yang lebih pinter aku datangi, tapi hasilnya koq
ya kayaq gini. Tidak ada kemajuan.
Orang 3 Ya,
nanti cari dukun yang sakti
Sariman Ya,
suwunke nang Pangeran semoga cepet dapat tamba
Orang 3 Ya
kang… ya dah aku tak nengok sapi dulu ya…
Sariman O
ya manga matur nuwun… matur nuwun….
(orang itu
pergi meninggalkan Sariman sendiri)
-------------Lagu Tuhan Yesus sembuhkan kami…………
Sariman Ahhh
aku harus bagaimana. Aku tidak bisa tidur. Aku tak turun saja… Aku mau ke
sendang.
(Sariman
turun dari para para jalan ngesot mengambil pelita kecil. Pelita itu dinyalakan
kemudian pelan pelan ia meninggalkan tempat itu)
---------------lagu Kumbayah-------------
Bertapa
Narator Sariman meninggalkan ruangan. Dengan
bersenjata pelita kecil ia menyusuri malam yang gelap. Dan tibalah dia di suatu
tempat. Tempat itu tidak lain adalah sebuah sendang. Sendang Semagung, sendang
yang dianggap angker oleh orang sekitar situ.
(Sariman
berjalan ngesot dengan penerangan pelita yang kecil dan tiba di sebuah sendang)
LAMPU GELAP
Narator Sariman mengambil posisi duduk bersila,
duduk diam dalam keheningan
(Sariman duduk bersila dan meniup pelita itu)
Narator Sariman pun bermeditasi dalam keheningan
(suasana
hening, yang terdengar hanya suara angina berhembus menerpa daun daunan)
Narator Tiba tiba………
LAMPU KILAT
(Cahaya kilat
menerangi sesaat tempat itu disusul suara gemuruh. Setelah kebali sunyi
terdengar suara halus)
Narator “Pergilah ke timur utara, kamu akan
mendapat dwitunggal.”
Narator Suara itu terdengar jelas di telinga
Sariman. Dan itu menjadi hal yang harus dipikirkan.
(Sariman
kembali ke rumahnya)
Semi Sudahlah jangan dipikir kata kata itu…
(Semi istri
Sariman membawa minuman)
Semi Mungkin kata kata itu hanya pendengaran bapak saja. Bapak
hanya “rungon rungonen.”
Sariman Tidak kok mi…, suara itu jelas. Aku yakin,
itu wahyu yang harus dilaksanakan, maka suatu saat aku akan pergi melaksanakan
bisikan itu.
Semi Terus bagaimana, berjalan saja susah pak…., mbok ya udah.
Nanti kita cari jampi jampi dari orang pinter lagi.
(Semi masuk
membawa cangkir tempat minum dan Sariman kembali dalam keheningan)
Narator Ternyata Sariman memikirkan bagaimana
caranya untuk melaksanakan bisikan itu. Dia semakin yakin.
--------------instrumen Hanya KepadaMu---------------
Narator Sariman bertekad bulat. Sekitar pukul
03.00 dini hari, ketika orang orang masih lelap tidur, Sariman keluar dari
rumah mertuanya. Dengan mengesot dia susuri jalan tanah yang berbatu batu.
Tidak ada alamat yang jelas dia tuju juga tidak ada denah kea rah mana dia
harus berjalan. Yang dia ikuti hanya kata hati yaitu kea rah Timur utara.
(Sariman
membawa bungkusan kain, mulai keluar meninggalkan ruangan)
Narator Selama dalam perjalanan, Sariman bertemu
dengan kerabat, tetangga dan orang lain yang pada umumnya menyarankan untuk
mengurungkan niatnya karena kondisinya tidak memungkinkan serta perjalanan itu
sendiri penuh resiko.
(Sariman
berhenti untuk istirahat, tiba tiba ada tiga orang menyapanya)
Orang 4 Kang mau kemana??? Pagi pagi seperti ini
sudah nyampe sini
Sariman Aku mau cari jejampi ato orang yang bisa
menyembuhkan kakiku
Orang 4 La… Mau kemana koq sendirian saja
Sariman Saya juga tidak tahu
Orang 4 Wah, tambah aneh lagi. Pergi koq tidak ada
tujuannya kemana? Mbok sudah, pulang saja. Ayo biar dibopong barengan.
Sariman Ah tidak… saya tidak mau kembali sebelum
kaki saya sembuh
Orang Saling berbicara kecil kecil menggerutu karena Sariman tidak
mau diajak kembali.
Narator Itu terjadi beberapa kali. Niat Sariman
sudah bulat dia akan terus meneruskan perjalanannya meski denagn cara ngesot.
PERJUMPAAN
Narator Perjalanan berat bak wisata rohani,
akhirnya dia sampai di sebuah desa yang bernama Muntilan sekitar pukul tiga
sore hari. Muntilan adalah sebuah desa yang lebih ramai dikunjungi dibandingkan
kampung Sariman sendiri. Disana terdapat kantor kecamatan, pasar dan sekolah
yang berjarak sekitar 20 kilometer dari desa asalnya, Ke Muntilan ia tempuh
selama 12 jam. Dia pun sampai di pasar.
(situasi
pasar di pedesaan waktu itu)
(Sariman di
tengah kesibukan pasar)
Narator Sesampai di pasar Muntilan getar hati
Sariman belum juga tenang, kendati sorot mata sinispun semakin banyak.
Perjalanan dia lanjutkan kembali. Dia susuri jalan besar Muntilan ke arah
timur, kemudian sampailah dia pada sebuah komplek bangunan Belanda dan diapun
disapa seseorang.
---------ilustrasi music Keyboard Pembasuhan kaki---------
Rm Vanlith Selamat sore….. siapa kamu…. Koq kamu ada
disini.
Sariman Selamat sore ndoro tuan, saya Sariman
Rm Vanlith lo…. Kenapa itu kamu punya kaki, koq kayaknya
sakit parah. Apa kamu pernah ditabrak kreta?
Sariman Ini bukan karena ditabrak kreta ndoro.
Saya wong gunung. Kaki saya ini sakit tidak sembuh sembuh. Saya mau mencari
jamu ato dukun yang bisa menyembuhkan kaki saya.
Rm Vanlith Ooooo disini tidak ada dukun. Tapi kalo kamu
mau sembuh disana ada tempat berobat. Apa kamu mau Sariman?
Sariman Nggih ndoro tuan, asal kaki ini sembuh
Rm Vanlith Baiklah Sariman, kamu sekarang ikut aku… Ayo
pegangan….
(Romo Van
Lith membopong Sariman ke dalam)
Narator Sariman dibawa masuk oleh seorang
Belanda. Sariman ditidurkan dalam sebuah ruangan
Rm Vanlith Sariman kamu tidur disini. Nanti kamu punya
kaki biar diobati
Sariman Nggih ndoro tuan
Rm Vanlith Ini bruder Kersten yang akan merawat kamu.
Sembuh ya… Tuhan memberkati.
(Bruder Kersten mulai merawat kaki
Sariman. Luka luka dibersihkan)
Narator Tuhan telah mengabulkan setiap doa yang
disampaikan oleh seorang Sariman. Dan Sarimanpun sembuh dari penyakitnya. Kini
kaki Sariman telah pulih. Dia bisa berjalan seperti sedia kala.
-------------ilustrasi music 14 Lan udan Mas-------------
Narator Suatu pagi Sariman berjalan jalan di
sekitar komplek bangunan
(Terdengar
suara lagu Gregorian “Gloria.” Sariman tertegun dan merasa tertarik. Iapun
duduk termenung)
--------------ilustrasi music Keyboard Ave ave----------------
Rm Vanlith Sariman… Apa yang kamu lakukan disini
Sariman Anu ndoro, tadi saya mendengar suara dari
dalam loji itu. Itu suara apa ndoro? Ndoro juga kan baru dari loji itu
Rm Vanlith O itu suara orang sedang misa. Saya tadi baru
pimpin itu misa.
Sariman Misa itu apa ndoro.
(nada mulai
naik karena rasa ingin tahu)
Rm Vanlith Misa itu ibadat cara kami, kalo kamu punya
dinamakan sembahyang
Sariman O… ndoro ki kiai to…. Kiai londo
Rm Vanlith Apa kamu bilang…. Hehehehe….kalo kami punya
istilah pastor.
Sariman Ah… yang mudah ya kiai londo, gitu ndoro
Rm Vanlith Ya dah terserah kamu saja
Sariman Ndoro, kami boleh belajar, ngibadah cara
sampeyan?
Rm Vanlith O boleh saja….
Narator Sariman tertarik akan apa yang telah
diterangkan sebagian oleh room Van Lith. Mereka semakin sering bersama duduk
bersama untuk menjelaskan tentang ajaran ajaran Kathulik.
Rm Vanlith Sariman, hokum yang terutama dalam ajaran
gereja adalah “Kasih.” Kalau kita mempunyai itu yang namanya kasih, kita akan
merasa bahagia. Kasih telah diajarkan oleh Yesus. Dia telah membuktikan
kasihNya yang paling Agung. Dia rela sengsara dan wafat di kayu salib. Dia
disalib Sariman. Dia sengsara itu karena kesalahan kita. Kesalahan manusia.
(Sariman
manggut manggut memperhatikan kata kata Rm. Van Lith)
Narator Sariman memperhatikan setiap kata yang
diucapkan oleh room Van Lith. Selain itu Sariman pun diajari baca tulis.
Rm Vanlith Sariman, coba ini dibaca yang keras
Sariman Baik ndoro… Perumpamaan anak yang hilang
(Sariman
membaca bacaan dengan terbata bata)
Rm Vanlith Bagus…. Membacanya sudah mulai lancar. Sekarang
tulislah kutipan ini di kamu punya buku.
Sariman Baik ndoro
(Sariman
mengerjakan apa yang diperintahkan kemudian mengemasi barang)
Narator Sariman belajar tentang ajaran Yesus
sekaligus belajar baca tulis. Itu dilakukan secara terus menerus. Romo Van Lith
dengan tekun membimbingnya. Sariman kini telah berubah, bukan lagi Sariman yang
dulu melainkan Sariman baru. Bukan hanya kakinya yang semakin pulih tetapi
hatinya juga. Imannya juga berkembang dengan baik.
(Sariman
masuk dalam komplek pasturan bersama room Van Lith)
Narator Pada suatu saat Sariman sudah merasa
dirinya sehat, maka ia berpamitan hendak kembali ke desanya.
Sariman Pastur… kepareng badhe matur
Rm Vanlith Ada apa Sariman. Kamu mau bicara apa
Sariman Sekarang saya sudah sembuh dari sakit dan
rupanya semua dari Gusti Yesus yang mencintai kami. Saya berterimakasih kepada
pastur dan bruder.
Rm Vanlith Jangan berterimakasih pada saya tapi berterimakasih
pada Tuhan
Sariman injih pastur… maka itu kami akan bersyukur
pada Tuhan. Karena Tuhan telah menyembuhkan kakiku dan menyelamatkan saya. Saya
berjanji akan menggunakan kaki dan hidup ini untuk melayani Tuhan.
Rm Vanlith Ya boleh boleh saja. Kamu punya ide bagus…,
bagus….
Sariman Sekarang ijinkan saya kembali ke desa saya
Rm Vanlith Baik Sariman… tapi sekarang “kamu bukan Sariman
lagi.” Sekarang namamu aku ganti dengan “SARIKROMO”
Sariman Sarikromo pastur…. Njih ndoro…. Sendiko…
matur suwun
(wajah
berseri seri, (Sarikromo tersenyum dan menjabat
tangan Rm. Van Lith dan Bruder Kersten setelah itu Sariman pergi)
---------------ilustrasi music 15 Gendhing lagu--------------
KABAR GEMBIRA
NAGIMU
Narator Saat pulang berjalan dengan kedua kakinya
yang kembali kekar. Terlintas dalam benak Sarikromo nazar yang telah dia
ucapkan dulu. Tekadnya dalam hati, inilah saatnya bagi dia untuk memenuhi
janjinya itu. Dalam perjalanan pulang hatinya semakin mantab karena boleh
membawa pulang buah tangan bagi keluarga dan tetangga tetangganya yakni berita
gembira tentang kesembuhannya dan berita gembira tentang Yesus.
Orang 1 Lo… ini kang Sariman to?
Sariman Iya…, dhi. Betul tapi karena aku dah
sembuh maka tetengerku diganti oleh kiai londo menjadi Sarikromo
Orang 2 Siapa kiai londo itu? Koq ada kiai londo?
Sariman Kiai londo ki ya yang nyembuhke penyakitku
dan mengajari aku tentang buku ini lo
(sambil
menunjukan buku)
Orang 3 Buku apa kuwi?
Sariman Yah besuk tak
ceritaake semua. Sekarang aku tak cepat pulang.
(Sariman bergegas berjalan pulang. Ketiga orang itu mengikutinya)
---------------Music
16 Betapa Hatiku---------------
Narator Langkahnya terasa ringan rasanya ingin
dia berlari agar cepat cepat menyampaikan kabar suka cita tentang dirinya,
tentang pertemuannya dengan kiai londo juga tentang apa yang dia telah peroleh.
Tidak terasa Sariman telah sampai di halaman rumah.
Sariman Buk……..
Semi Haaaaa……. Bapak…..le…..nduk…. Bapakmu pulang…
(dengan rasa
sukacita. Matanya terheran heran melihat suaminya, seluruh tubuh suami ditatap.
Hampir tidak percaya dengan keadaan yang ada dihadapannya)
Semi Ini kang
Sariman to
(sambil
berjongkok memegangi kaki Sariman)
Semi Bener ini
bapakmu to le…. Pak ini mantumu to
Para kerabat
dan tetangga berdatangan… suara gaduh karena tidak percaya apa yang terjadi
pada Sariman)
Sariman iya aku Sariman yang dulu kakiku tidak
bisa untuk jalan. Aku harus ngesot, tetapi karena aku ketemu dengan kiai londo,
aku menjadi sembuh. Dan aku juga punya banyak cerita…
Orang 1 Cerita apa to kang
Sariman Ya dah sini duduk semua aku tak cerita
(Sariman
duduk, yang hadir disitu mengelilinginya)
Sariman Ketika aku sakit aku pergi dari desa ini
dan aku sampai di Muntilan. Disana aku ketemu dengan kiai londo dan Brudher
Kersten
Semi Kiai londo ki sapa to pak?
Sariman Kiai londo itu Pastur. Dia itu kayaq kiai
nanging agamane Kathulik. Kiai londo kuwi ngrawat aku sambil mengajarkan
piwulang piwulang yang baik. Piwulang tentang piwulange Gusti Yesus. Gusti
Yesus itu piandele orang Kathulik
Orang 2 Wah apa lagi…
Sariman Gusti Yesus itu mulang piwulang tentang
kasih. Kasih itu jadi hokum paling utama. Sebab siapa saja yang tidak mempunyai
kasih tidak akan hidup dengan baik. Akhirnya tidak akan merasakan urip ing
Kraton Kasuargan. Semua ajaran baik itu ada di buku ini. Nanti kita belajar
bersama. Gimana para sedherek?
(orang yang
hadir disitu mengangguk angguk)
Orang 3 Wah cocok aku…. Apik kuwi ya….
Orang 4 Trus sapa yang mau membacakannya?
Sariman Nggih kulo to kang
Orang 4 We… bisa baca juga… ya wis mathuk
(sambil
manggut manggut)
Narator Cerita yang disampaikan oleh Sarikromo
menimbulkan detak kekaguman dihati penduduk dusun Kajoran dan sekitarnya, serta
menyisakan dibenak mereka berbagai pertanyaan. Pertanyaan itu mengendap dalam
hati beberapa dari antara mereka dan berubah menjadi hasrat kuat untuk
mengikuti jejak Sarikromo.
(Adegan tiga
orang mendapat ajaran dari Sarikromo)
------------music 17 Nderek Dewi
Maria---------
Sariman Baiklah teman teman, kita lanjutkan
belajar kita
Soeratirta Ya mari saja….
Sariman Buku ini disebut Injil ato Alkitab atau
dalam bahasa kita disebut Pustaka Suci
Soerawijaya Lalu… isinya cerita apa
Sariman Buku ini menceritakan tentang sosok Yesus,
Dia diutus oleh Sang Hyang Romo untuk menebarkan kabar kebungahan. Ya Yesus
kuwi yang akan menebus kesalahan kita. Yesus itu sampai rela disiksa, dan wafat
di kayu salib. Yang menggembirakan, Yesus bangkit dari mati. Coba, siapa yang
bangkit dari mati selain Dia?
Dan yang paling penting, yaitu ajaranNya tentang
Kasih. Kalau kalian mempunyai kasih, hidup kalian akan menjadi baik. Dan itu
menjadi bekal kita untuk masuk ke Kerajaan Allah.
Soekadarma Wah…. Apik kuwi…
Sariman Ya kalo semua orang di dunia ini mempunyai
kasih, bumi ini akan damai. Tidak ada yang namanya angkara murka, keserakahan,
iri, dengki, tamak.
Narator Hanya dalam hitungan hari ada tiga orang
diantara mereka yaitu: Soeratirta, Soekadarma dan Soerawijaya mengatakan
niatnya dengan pasti untuk mengikuti jejak Sarikrama.
Soerawijaya Mbok aku diantar ke kiai londo itu. Aku
koq kepingin ketemu dia.
Soeratirta Aku juga kepingin ketemu dia
Sariman Ya dah kita bisa ketemu dia
Narator Mereka meminta Sarikromo untuk
dipertemukan dengan Pastur Van Lith, di Muntilan guna mengikuti pelajaran
agama. Setelah bersiap siap mereka berempat berangkat ke Pastoran Muntilan.
Kepada Pastor Van Lith yang sama sekali tidak menduga kedatangan mereka
(keempat
orang berjalan menemui Romo Van Lith)
Rm Vanlith E… kamu Sarikromo… sini ada apa, ada yang bisa
aku bantu
Sariman Iya ni ndoro kiai londo, kami bereempat
menghadap kiai londo. Mengantar teman teman untuk ketemu dengan kiai londo.
Mereka ingin mengerti apa apa yang ndoro ceritakan kepada saya.
Rm Vanlith Apa begitu saudaraku
Soeratirta Iya ndoro
(sambil
mengganggukan kepala, dan diikuti kedua temannya)
Soekadarma Iya ndoro
Soerawijaya Iya ndoro
Narator Merekapun mulai belajar tentang iman Kathulik.
Setelah diterima sebagai katekumen (penerima ajaran Kristiani) seminggu sekali
dengan setia mereka pergi ke Muntilan untuk mengikuti pelajaran agama yang
diberikan oleh Pastor Van Lith. Jarak Kajoran – Muntilan sejauh sekitar 20
kilometer dan mereka tempuh selama 3-4 jam dengan berjalan kaki. Untuk
memantapkan motivasi mereka, beberapa kali Pastor Van Lith mengunjungi mereka
di desa Kajoran yang berada di perbukitan Menoreh itu.
---------------music 18 Raja
Agung-------------
Sariman Selamat sore ndoro, selamat datang di desa
kami
Rm Vanlith Ya terimakasih Sarikromo dan saudaraku semua
Soekadarma Ya beginilah keadaan desa kami
Rm Vanlith Bener kalian ingin belajar agama Katholik?
Semua Betul….
Soeratirta ini malah ada tambah lagi, satu…. dua…. tiga….
empat…. Ada enam belas pastur.
(Soeratirta
berdiri, sambil menghitung dengan telunjuknya)
Rm Vanlith Baiklah, baiklah…. Kita belajar bersama, mari
kita belajar
Narator Karena kesetiaan dan ketekunan mereka
itu, lagipula masa pembelajaran Agama telah dianggap cukup, akhirnya mereka
dinyatakan siap untuk dibaptis, bersama 16 orang dari desa desa sekitar
Muntilan, pada bulan Mei 1904.
(Adegan
perjumpaan/ pewartaan oleh keempat orang itu berjalan menelusuri bukit dengan
membawa buku menemui beberapa orang)
Narator Hari hari berikutnya, terlebih bagi
Barnabas Sarikrama, adalah hari hari yang sibuk tiada tara. Setiap hari dia
gunakan untuk menyampaikan kabar gembira, mewartakan Kristus.
Sariman Para saudaraku, untuk menjadi orang
Kathulik memang tidak mudah. Karena kita harus menjadi orang orang yang bisa
menyangkal diri. Kita harus bermati raga semeh dan sumarah ing ngarso Gusti.
Hati tinarbuka nampa sabdaning Gusti, hidup kita bukanlah milik kita tetapi
milik Tuhan.
Orang 1 Ya koq bisa
Sariman Ini semua agar Tuhan berkarya di dalam
setiap hidup kita, dan kita menjadi alatnya. Dalam kejawen ada kata kata “yen
kowe kabeh kepingin urip bagia kowe kudu golek galihe kangkung. Galih kangkung
kuwi bolong. Sapa sing atine bolong ya Yesus lah karena hatinya tertusuk
tombak.
Orang 2 Ya ya
(sambil manggut manggut)
Narator Kaki Sariman seturut dengan nazarnya,
serasa tidak pernah berhenti berjalan naik turun bukit menjelajahi dusun dusun
di bukit Menoreh. Nyaris tidak satu dusunpun yang tidak pernah terinjak oleh
kakinya. Di dusun ini entah pagi, siang atau malam Barnabas Sarikromo mengajar
dan mengumpulkan penduduk untuk berdoa, sedemikian giat dia mewartakan karya
keselamatan Tuhan.
(adegan
pewartaan oleh Sariman)
Orang 1 Kenapa to kang, sekarang koq kakang giat
banget dengan ajaran kiai londo itu? Bukankah kakang sudah memiliki ilmu
kanuragan yang sangat bermanfaat bagi setiap orang yang datang ke kakang?
Sariman Begini dhi… dalam Kitab Suci ini ada
tertulis pada Yohanes 14 ayat 6 mengatakan: “Akulah jalan kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Ini lho
dhi, kita hidup di dunia kan hanya sebentar. Kalo orang ngomong “mung mampir
ngombe.” Nah setelah kita hidup di dunia kita akan masuk hidup yang lebih lama
hidup di alam kelanggengan atau alam keabadian. Nah pada bacaan tadi kita, jika
kita pingin masuk kerajaan surge kita harus mengikuti ajaranNya.
Orang 1 O begitu to kang
Sariman ya begitulah dhi, makanya aku semangat
mewartakan hal ini.
Orang 1 O begitu to
kang, kalo begitu aku juga mau ikut kakang
Sariman Ya silahkan.
Kamu juga silahkan baca Kitab Suci ini untuk diwartakan
Orang 1 Ya dah selamat
jalan saja kang, sering sering saja mampir di rumah
Narator Barnabas
Sarikromo mengajarkan isi firman Tuhan
Sariman Saudaraku, dalam Injil Matius 11 ayat 28
mengatakan: “Marilah datang kepadaKu semua yang letih lesu dan berbeban berat.
Aku akan memberi kamu kelegaan kepadamu.”
Sariman Saudara saudara, kadang kita merasa
sebagai orang berdosa kita semakin menjauh dari Tuhan. Kadang kita merasa tidak
pantas untuk datang kepadaNya. Sesungguhnya kita justru harus semakin
mendekatkan diri kepada Tuhan seturut firmanNya.
Orang 1 Iya betul, berdoa itu sebagai sarana
berkomunikasi dengan Tuhan
Sariman Betul sekali dhi.
Narator Selain mengajar agama dan mengumpulkan
orang untuk berdoa bersama, Barnabas Sarikromo masih disibukan dengan tugas
mengantar para katekumen pergi ke gereja di Muntilan. Seminggu sekali tugas itu
dia lakukan bersama ketiga sahabatnya, yaitu Lukas Soeratirta, Yokanan
Soerawijaya dan Markus Soekadana
------------------------lagu Holly
Night--------------------------
Narator Dan sebagai hasil dari perjuangan mereka,
banyak orang mengikuti ajaran Yesus. Di tangan Sarikromo dan kawan kawan, ada
171 orang dinyatakan pantas untuk menerima pembaptisan di sebuah mata air yang
terletak di dusun Semagung yang oleh penduduk setempat dinamakan Sendang
Semagung atau yang saat ini lebih dikenal dengan nama SENDANGSONO.
LAMPU TERANG
--------lagu Alam Raya dan We wish you
Merry Christmas--------
Narator Perjuangan empat putera terbaik dari
perbukitan Menoreh yakni saudara Lukas Soeratirta, saudara Yokanan Soerawijaya,
Saudara Markus Soekadarma dan saudara Barnabas Sarikromo sungguh sungguh
mendapat pengakuan terutama umat yang mendiami perbukitan Menoreh dan
sekitarnya. Penghargaan tertinggi juga diberikan oleh Vatikan kepada salah
seorang diantara mereka yakni Barnabas Sarikromo yang tentunya merupakan bentuk
penghargaan tertinggi dari Gereja Katolik Roma kepada yang bersangkutan,
penghargaan kepada ketiga rekannya yang lain dan secara umum merupakan bentuk
penghargaan pemimpin tertinggi Gereja Katolik kepada seluruh umat di perbukitan
Menoreh dan sekitarnya.
Demikianlah persembahan drama natal dari
kami
Kami mengucapkan
SELAMAT NATAL 2011
DAN TAHUN BARU 2012
SEMOGA TUHAN
MEMBERKATI PERJALANAN HIDUP KITA
DI TAHUN TAHUN YANG AKAN DATANG
SAMPAI JUMPA DI NATAL TAHUN 2012
TUHAN MEMBERKATI
No comments:
Post a Comment